VIDEO PAPI Maz.101:2-8




Judul di atas merupakan tema salah satu sesi di Camp Pria Sejati.  Sebuah program pembangunan karakter pria  menjadi serupa dengan karakter Kristus.  Program ini telah memberkati jutaan pria diseluruh dunia untuk memulihkan kehidupan pribadi dan keluarga mereka masing-masing.  Video papi berbicara mengenai pengaruh gambaran figur seorang ayah terhadap prilaku anak-anaknya.  Sang pembicara Ronny Soedjak merefleksikan pengalamannya dan menyimpulkan bahwa karakternya yang rusak dan kemudian menyebabkan kehancuran pada perkawinan dan keluarganya dikarenakan Ia tidak mendapatkan gambaran yang baik dari ayahnya.  Dia menceritakan ayahnya adalah seorang suami yang suka berselingkuh dan berjudi.  Iapun mengikuti apa yang dilakukan ayahnya itu. Selanjutnya  anak-anak dari Ronny Soedjakpun  ikut rusak karena tidak mendapatkan teladan yang baik darinya. Anak laki-lakinya menjadi bandar narkoba dan hampir mati karena Overdosis, sedangkan anak perempuannya beberapa kali melakukan aborsi karena hamil diluar nikah.  Namun selanjutnya ketika Ronny Soedjak bertobat maka kehidupan keluarganya termasuk anak-anaknya dipulihkan.
Mazmur 101:2-8 merupakan semacam janji dalam acara pengangkatan jabatan Raja.  Berisi mengenai komitmen untuk hidup tidak bercela (ay.2,3), dengan hati tulus (ay.3,5b,6a) melakukan kebenaran (ay.4,7) dan keadilan (ay.5a,6b,8).  Komitmen ini penting juga untuk dilakukan oleh para pria sebagai kepala rumah tangga. Dengan demikian keluarga dan keturunannya akan bahagia.  Oleh sebab anak-anaknya akan mengikuti teladan yang baik dari sang ayah.
Ketika saya terlalu sibuk dengan aktifitas diri dan menomorduakan keluarga maka teladan ayah yang perhatian pada keluarga berbicara sangat kuat.  Ayah dengan tiga orang anak-anak yang masih kecil-kecil diangkut dalam satu motor bersama ibu melakukan perjalanan wisata dari jepara hingga Borobudur. Ketika saya kurang memperhatikan proses belajar anak, saya disemangati dengan gambaran masa lalu ayah yang dengan sabar dan kreatif membuat huruf dari kertas berwarna untuk mengajari kami membaca. Marilah bersama membentuk figur diri  yang baik demi masa depan yang baik bagi anak-anak kita. (IFW)

“MENGOBARKAN API PENGINJILAN” (Filipi 1:27-30)


        
Tidak ada kata berhenti memberitakan Injil,  barangkali itulah prinsip yang dipegang teguh oleh Paulus.  Bahkan dalam keadaan di Penjara pun Rasul Paulus masih tetap bisa mengabarkan Injil.  Ia mengabarkan Injil kepada prajurit didalam penjara yang kemudian menyebar keseluruh istana (ay.13).  Dan kondisi dalam penjara ini justru menginspirasi dan mengobarkan api semangat penginjilan dari saudara-saudara yang lainnya (ay.14).
Paulus menasehati jemaat di Filipi untuk hidup berjuang dalam mempertahankan iman (ay.27). Dan secara tersirat mendorong jemaat untuk meneladani keberaniannya dalam memberitakan Injil (ay.28).
Jadi marilah kita bersama hidup di dalam Injil, menjadi kesaksian yang baik didalam menjalankan kehidupan seturut dengan ajaran Tuhan Yesus.  Selanjutnya dengan penuh keberanian dan hikmat Allah mengabarkankan Injil Tuhan Yesus Kristus sampai  ke ujung bumi.(IFW)



“Ana Dina Ana Upa, Ana Awan Ana Pangan, Sapa Obah Mamah" (Amsal 21:25-26)


                                                https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRfIequWRt0H9h26boZJOrk1HPWVoHUN16L-wHDteQVRwDW-D9A
Pepatah bahasa Jawa diatas dalam bahasa Indonesia berbunyi ada hari ada nasi, ada siang ada makanan, siapa bergerak akan mengunyah.  Pepatah tersebut mempunyai arti bahwa rejeki datang dari Tuhan  hanya bagi orang yang mau berusaha. Pepatah ini berbau sebuah semangat atau optimisme yang kuat, kalau orang mau berusaha maka ia pasti akan mendapatkan hasil untuk mendukung kehidupannya.
Dengan arti yang sama namun dalam nada yang negatif Amsal 21:25 mengatakan Si Pemalas dibunuh oleh keinginannya karena tangannya enggan bekerja. Memberikan pengertian bahwa orang yang tidak mau bekerja akan mengalami kehidupan yang memprihatinkan. Ia akan menderita oleh sebab tidak hanya tidak bisa mencukupi  keinginannya , yang merupakan kebutuhan sekunder, namun terlebih lagi karena tidak bisa mencukupi kebutuhannya yang mendasar.
Amsal menghubungkan nasehat untuk mau bekerja dengan nasehat untuk memberi tanpa batas (Amsal 21:26).  Dan pemberian yang semacam itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya hasil dari pekerjaan tangannya. Dan yang menarik dari kalimat lengkap Amsal yang menyatakan bahwa yang disebut orang benar adalah orang yang memberi tanpa batas.
Marilah kita merenungkan pepatah-pepatah itu. Hidup optimis sehingga penuh semangat dalam bekerja dan mempunyai karakter yang murah hati.  Melayani Tuhan dengan memberi tanpa batas dengan hasil pekerjaan tangan kita.  Seperti Yesus yang bahkan memberikan nyawanya untuk menebus dosa manusia.(Iwan Firman W)