Di Persimpangan Jalan (Keluaran 1:8, 2:10)



Di dalam dunia ada dua jalan
Lebar dan sempit, mana kau pilih
Yang lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, hidup berglori

            Pujian lama tersebut menggambarkan jalan hidup manusia di dunia ini penuh dengan pilihan. Di sana sudah dijelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing. Jadi terserah mau pilih yang mana? Memilih hidup abadi atau memilih kematian abadi? Tentu saja memilih hidup abadi. Meskipun sudah memilih hidup abadi tidak sekonyong-konyong membuat kita hidup abadi. Untuk memperolehnya diperlukan adanya proses yang harus dilalui oleh manusia. Dalam melakukan proses tersebut butuh keyakinan yang kuat, perjuangan, ketekunan dan kesabaran. Ketika kita bisa melewatinya maka kita akan memperoleh hidup abadi.
            Tidak sedikit orang gagal atau berhenti di tengah proses yang dilalui tersebut. Apa yang menyebabkan gagal? Salah satunya karena menghadapi pilihan-pilihan yang lain ketika melalui proses hidup. Ada tawaran lain yang menggiurkan menyebabkan hati goyah dan tergoda untuk mencobanya. Lalu bagaimana kita bisa ajeg dengan pilihan kita? Caranya adalah menyerahkan sepenuhnya hidup kita kepada Tuhan. Apapun yang terjadi harus terus berjuang dengan segenap kemampuan.
            Dalam kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan yang harus diambil. Cara mengambil keputusan tersebut tidaklah mudah, ada konsekuensi yang mengikuti atas pilihan tersebut. Di samping harus menghadapi konsekuensi juga harus dapat mempertanggung-jawabkan pilihan yang diambil. Dalam mengambil keputusan diperlukan dasar-dasar yang kuat dan tujuan yang jelas. Dasar-dasar tersebut adalah dasar Etika, sosial, budaya dan agama. Tentu saja pengambilan keputusan berdasarkan Firman Tuhan. Setiap pilihan pasti mengandung konsekuensi. Oleh karena itu perlu bijak dalam mengambil keputusan. Setiap pilihan memiliki hasil masing-masing. Seperti dalam firman Tuhan hari ini, yang dicontohkan oleh para bidan yang memilih untuk takut akan Tuhan. Akhirnya Tuhan memberkati hidup mereka. Contoh lain adalah putri Firaun, memilih untuk mengambil Musa menjadi anaknya karena rasa kasihan dan Simpati.
            Saat ini kita sudah memilih untuk percaya kepada Yesus Kristus, maka sudah sepenuhnya kita berserah penuh kepada Tuhan. Mengasihi yang lain dengan tulus. Cintailah orang lain, maka kita akan dicintai orang lain juga. (TEN recover By H2)

No comments:

Post a Comment