(Lukas 19:1-10)
Pada saat ini santer pemberitaan mengenai para menteri kabinet kerja
yang blusukan secara total. Mereka semua
nampaknya mengikuti gaya presiden Jokowi yang mengedepankan strategi blusukan
untuk mengetahui kondisi real masyarakat. Ada menteri yang bahkan naek pagar
karena tidak dibukakan pintu waktu melakukan sidak di sebuah agen penampungan
tenaga kerja. Aksi mereka ini bisa di
bilang meretas batas-batas pelayanan. Sudah tidak ada lagi perasaan-perasaan
gengsi, enggan, sungkan yang dapat membatasi pelayanan kepada sesama.
Tuhan Yesus sudah memberikan teladan untuk melayani siapapun tanpa
melihat status sosial ataupun pandangan masyarakat. Ia berkenan menumpang di rumah Zakheus Sang
Pemungut Cukai (ay.5). Padahal status
sebagai pemungut cukai merupakan status yang di benci oleh masyarakat
Israel. Mereka dianggap sebagai orang
berdosa dan pengkhianat bangsa. Maka
maklumlah bila ada banyak orang yang berkasak-kusuk dengan nada negatif
keheranan membicarakan tindakan Yesus itu, “ Ia menumpang di rumah orang
berdosa” (ay.7). Namun pelayanan Yesus
yang meretas sikap gengsi dan sok suci
itu menunjukkan hasilnya. Zakheus
menjadi bertobat dan berkomitmen untuk memberikan hartanya pada orang miskin
dan mengganti orang-orang yang dulu pernah di perasnya. Tuhan Yesus berkata, “ Anak manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”(ay.10).
Saatnya turut menyingsingkan lengan baju bekerja melayani sesama. Dengan tidak memandang perbedaan status,
golongan, agama dan lain sebagainya.
Melayani yang terhilang agar mereka mengenal Tuhan. Serta mengalami pertobatan hidup. Semakin berguna bagi sesama manusia.
Oleh
Iwan Firman
Widiyanto, M.Th.
No comments:
Post a Comment