SAMBUTAN KETUM SINODE GKMI di Srumbung Gunung

RUMAH TUHAN, RUMAH SEGALA BANGSA



Rumah adalah sebuah kebutuhan primer dari semua mahluk hidup.  Entahkah dia seorang manusia atau seekor binatang, semua mahluk hidup membutuhkan rumah.  Tidak terkecuali dengan Tuhan.  Itu sebabnya bangunan gereja juga dimaknai sebagai Rumah Tuhan.  Ini tentu saja tidak dimaksudkan bahwa Tuhan hanya bisa ditemui di sana.  Raja Daud pernah ditegur oleh Tuhan melalui nabi Natan ketika ia akan mendirikan rumah bagi Tuhan, sebab kemuliaan Tuhan tidak pernah bisa dikungkung dalam sebuah bangunan; betapapun megah dan mewahnya bangunan tersebut.  Rumah Tuhan tidaklah dimaksudkan untuk menunjukkan arogansi umat, seolah-olah Tuhan dapat dikuasai dan dimiliki oleh umat tersebut.  Rumah Tuhan lebih dimaksudkan untuk menunjukkan tempat di mana umat dapat dengan tenang beribadah, menyembah sang Junjungan Mulia; mendengar titah-titahNya dengan jernih dan melakukannya dalam kehidupan sehari-harinya di tengah masyarakat.

Jika pada hari ini GKMI Semarang Cabang Srumbung Gunung bermaksud menahbiskan gedung gereja yang baru, maka semangatnya tentulah bukan untuk mengungkung kemuliaan Tuhan di dalam bangunan gedung gereja ini.  Tetapi semangatnya adalah untuk menunjukkan bahwa jemaat GKMI di sini memiliki sebuah kerinduan untuk dapat beribadah dengan tenang dan dapat berbagi berkat kepada, bahkan berbagi gedung dengan, orang-orang yang ada di sekitarnya.  Itu sebabnya, gedung gereja yang ditahbiskan ini disebut sebagai Rumah Segala Bangsa.

Menarik untuk memperhatikan bahwa teks Yesaya 56:1-8 yang dijadikan landasan Firman Tuhan dalam penahbisan gedung gereja ini adalah sebuah teks yang berbicara tentang keadilan.  Dalam teks yang ditujukan kepada umat Israel di pembuangan itu dengan jelas ditegaskan tanggung-jawab setiap individu untuk menegakkan keadilan, terutama ketika tidak ada lagi pemerintahan yang berdaulat yang berkuasa meregulasi keadilan.  Umat Israel dipanggil untuk menegakkan keadilan bagi kaum yang tertindas dan tak berdaya, untuk mewujudkan hubungan-hubungan sosial yang benar antara individu dan sesamanya yang sedang berada dalam kekurangan.  Jadi keadilan tidak dimengerti dalam suatu nada yang pasif semata-mata sebagai ketidak-hadiran kejahatan, tapi ia dipahami dalam nada yang sangat positif dan aktif, yakni merujuk pada tindakan melakukan kebaikan bagi kaum tertindas.

Kiranya tema dan harapan umat agar rumah Tuhan yang ditahbiskan di Srumbung Gunung ini menjadi rumah bagi segala bangsa benar-benar menjadi kenyataan.  Bahwa melalui penahbisan gedung gereja yang baru ini jemaat GKMI di Srumbung Gunung bertekad untuk menjadi umat yang menegakkan keadilan bagi sesamanya, dan bahwa gedung gereja yang ditahbiskan pada hari ini akan menjadi saksi sekaligus monumen bagi tekad mulia tersebut.  Kiranya Tuhan Yesus memberkati segenap hamba Tuhan, pengurus, dan jemaat GKMI Semarang Cabang Srumbung Gunung dalam upayanya untuk menegakkan keadilan bagi umat dan bagi orang-orang di sekitarnya; yach . . . bagi segala bangsa.  Nama Tuhan dipermuliakan.  Tuhan Yesus memberkati.


Pdt. Paulus S. Widjaja, MAPS, Ph.D.
Ketua Umum Sinode GKMI


Diunggah oleh Pietcesa

No comments:

Post a Comment