“HIDUP DALAM DAMAI BERSAMA DENGAN SELURUH CIPTAAN”

Image result for peace cartoon

(Yesaya 11:1-8)

Pada perikop ini nabi Yesaya menubuatkan kedatangan seorang pemimpin yang akan membawa kehidupan kedalam kedamaian.  Kehidupan kedamaian yang dilukiskan sangat menarik; Srigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring disamping kambing, anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama…(ay.6-8).  Digambarkan bahwa sudah tidak ada lagi hubungan memangsa dan dimangsa atau hubungan permusuhan.  Tidak ada sikap mengorbankan atau  mematikan orang lain demi kepentingannya sendiri.  Dipihak lain tidak ada lagi kecemasan atau kekawatiran karena merasa terancam dari pihak lain.  Yang ada hanyalah ketenangan dalam menjaga hidup berdampingan dengan penuh sukacita.  Bersama-sama menikmati dan merayakan kehidupan sebagai anugerah Tuhan.

Namun saya akan membaca secara terbalik kisah ini, yaitu bahwa kita perlu membangun diri dengan sikap dan karakter dari raja damai tersebut sehingga kita akan menikmati suasana kedamaian seperti yang dilukiskan dalam perikop tersebut. Maka sikap yang perlu dibangun pertama; Membangun spiritualitas yang kuat (ay.2-3) yang menghasilkan hikmat, pengertian, nasehat, keperkasaan, pengenalan dan takut akan Tuhan.  Kedua; bertindak adil, jujur, berani, benar dan setia.

Bayangkan dampak yang dihasilkan oleh tindakan yang demikian itu.  Dikatakan sudah tidak ada lagi yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk, selanjutnya diseluruh bumi dipenuhi dengan pengenalan akan Tuhan.  Mari kita belajar mempraktekkan kehidupan yang menghasilkan kedamaian itu dari komunitas yang paling kecil yaitu keluarga,  gereja dan masyarakat. Amen

Oleh Pdt.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.


“Cinta Dalam Pujian”


Image result for giving cartoon


Kid.7:6-13


Ada sepasang suami Istri yang suka musik. Sang Suami mempunyai kemampuan bermusik yang sangat baik sedangkan  sang Istri mempunyai suara vokal yang merdu.  Namun ketika Sang Istri menyanyi maka sang suami seringkali memberikan kritikan kepada istrinya.  Dihadapan sang Suami selalu saja ada saja yang kurang.  Entah nyanyinya kurang penghayatan, di lagu lain nadanya kurang tinggi atau kadang dikatakan pilihan lagunya kurang tepat dan sebagainya.  Akhirnya Sang Istri ngambek dan tidak mau nyanyi lagi.  Ia berpikir daripada setiap kali bernyanyi selalu salah dan kemudian tidak enak hati dengan suami maka lebih baik tidak bernyanyi.  Suatu saat suaminya meninggal karena musibah.  Singkat cerita Sang Istri mendapatkan lagi pasangan hidup.  Kali ini Suaminya adalah seorang tukang ledeng yang sama sekali tidak tahu tentang musik.  Yang ia tahu hanyalah bahwa istrinya punya suara yang bagus.  Ketika istrinya selesai bernyanyi ia memberikan pujian “Ma...aku bersyukur punya istri yang pandai bernyanyi. Kalau tidak aku pasti sudah gila, karena setiap hari yang kudengar adalah suara berisik gergaji,dentuman palu dan sebagainya. Sampai malam tiba pun aku kadang masih bermimpi mendengar suara-suara berisik itu.Untung saja engkau hadir dalam hidupku dengan suara merdumu....Aku bahagia Ma, menikah denganmu”.  Demikian sang Istri semakin bersemangat berlatih untuk mebahagiakan suaminya.  Dan setiap kali suaminya mendengar istrinya bernyanyi Ia menyatakan pujiannya.  Akhirnya karena Sang Istri terbiasa latihan Vokal, Selanjutnya Ia menjadi seorang penyanyi yang terkenal di negaranya. Potensi menyanyi sang istri menjadi berkembang justru ketika bersuamikan seorang tukang ledeng yang tidak tahu musik.

Pujian yang Tulus memang mempunyai kekuatan yang besar untuk mengembangkan potensi orang lain/pasangan kita, menciptakan keluarga yang bahagia, sekaligus dapat memperbaiki hubungan yang rusak. Kidung agung 7:6-13 menjadi contoh yang baik seorang laki-laki memuji pasangannya.  Mungkin semasa pacaran atau ketika jatuh cinta atau memasuki masa bulan madu saling memuji menjadi makanan setiap hari.  Namun seringkali setelah pernikahan lebih lama, saling memuji menjadi barang yang mahal.  Akibatnya hubungan cintapun menjadi semakin hambar.

Saya berpikir para rabi Yahudi dan Kristen memasukkan Kidung Agung menjadi salah satu kitab dalam Alkitab tidak hanya karena ingin menggambarkan hubungan antara Allah dan manusia yang mesra. Namun juga mereka mengetahui kekuatan pujian bagi suami istri. Sehingga harapan mereka kitab yang dihubungkan dengan raja Salomo itu (970-931SM) akan menjadi contoh hubungan antar manusia khususnya antar pasangan yang bahagia dengan cara saling memuji.

Oleh Pdt.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.


“BERILAH SEKARANG”

Image result for giving cartoon

Amsal 3:27-28

Seorang tukang bekerja keras sepanjang hari untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.  Biasanya setiap hari sabtu ia menerima upah kerjanya selama enam hari.  Barangkali setiap mendekati hari sabtu ia sudah sangat berharap mendapatkan upahnya itu.  Ia sudah membuat rencana untuk memenuhi segala kebutuhan anak dan istrinya.  Istri dan anaknya juga sudah menanti dengan sukacita apabila sang ayahpulang untuk membawa hasil jerih payahnya.  Bayangkan bagaimana kira-kira raut muka dan perasaan tukang beserta dengan anak istrinya, apabila ternyata pada hari sabtu yang dinanti-nantikan itu Sang majikan karena alasan yang tidak jelas tidak jadi memberikan upahnya. Pastilah tukang dan keluargannya menjadi sedih dan mungkin kecewa.  Mungkin juga ia kemudian membatalkan rencana-rencananya untuk memenuhi kebutuhan.  Dan mungkin juga ia membatalkan janjinya pada anak istrinya untuk berjalan-jalan dsb.
Tuhan mengajar kita untuk memberikan apa yang seharusnya menjadi hak orang dengan segera, kita tidak diperbolehkan untuk menolak dan menundanya (ay.27-28). Entah itu upah pekerja yang seharusnya kita bayarkan (Im.19:13), utang kita kepada orang lain atau barang atau uang yang memang dibutuhkan oleh orang yang memang benar-benar membutuhkannya, jika memang barang atau uang itu sudah ada pada kita. 

Memang dalam hal ini perlu hikmat Tuhan.  Jangan sampai kebaikan yang Tuhan ingin kita kerjakan dimanfaatkan oleh orang lain.  Sehingga menjadikan orang lain itu menjadi bertambah malas dan  bergantung pada kita.  Namun prinsip dasar Firman Tuhan harus kita pegang.  Apa yang menjadi hak orang lain yang kita bisa bayar harus segera kita bayarkan atau berikan.  Tidak boleh menunda atau menahan kebaikan. Supaya dengan demikian orang lain itu boleh bersukacita.  Nama Tuhan dipermuliakan melalui perbuatan kita. 

Oleh Pdt.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.

“ BERDAMAI DENGAN TUHAN”

(IMAMAT  4:1-32)

Image result for berdamai dengan tuhan

Kitab Imamat disebut juga sebagai buku panduan bagi para Imam untuk melaksanakan korban.  Dalam pasal 4 diuraikan bahwa setiap orang yang berdosa harus melaksanakan korban bakaran.  Entah itu Imam, jemaat, pemuka ataupun rakyat jelata mempunyai kewajiban untuk melaksanakan korban penghapus dosa apabila mereka secara sengaja atau tidak sengaja telah melakukan dosa.
Di era Perjanjian Baru segala dosa kita telah ditebus oleh Tuhan Yesus di atas kayu Salib.  Dikatakan bahwa barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan mendapatkan hidup yang kekal.  Dengan demikian orang yang percaya kepada Kristus tidak perlu lagi melakukan korban penghapus dosa.  Mereka hanya perlu percaya kepada Yesus.  Percaya berarti juga hidup mengikuti Kristus hidup.
Berdamai dengan Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting.  Supaya kita tidak mengalami  kebinasaan.  Karena hidup didalam dosa tanpa penebusan akan membuat kita mati meski kita masih hidup.  Dalam arti kita tidak  bisa hidup seturut dengan kehendakNya.Amen

Oleh Pdt.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.





“Belajar Beriman Dari Alam”

(Matius 6:25-33)

Image result for burung photography

Biasanya untuk belajar beriman kita akan mengarah pada sosok para nabi, rasul, tokoh kekristenan dunia, tokoh gereja seperti pendeta, majelis, tua-tua bijak dan yang lainnya.  Namun menarik bahwa  Tuhan Yesus mengajar kita justru untuk belajar beriman kepada burung yang tidak menabur namun tetap mendapatkan makanannya (ay.26), bunga bakung yang tidak memintal  dan rumput yang hanya mempunyai  umur singkat, namun keduanya diberi pakaian yang indah dari Tuhan (ay.28-30).   Tuhan Yesus mengajar kita untuk belajar dari alam yang seringi dipandang sebelah mata atau dianggap remeh oleh manusia.   Alam yang dianggap mempunyai derajad yang lebihy rendah dari pada manusia.  Sehingga sering menjadi korban kesewenang-wenangan manusia untuk memuaskan nafsu serakahnya.  
Dari perikop ini kita bisa menarik makna, pertama; Tuhan Yesus sangat menghargai alam ciptaan.  Sehingga Ia memberikan posisi yang cukup terhormat dihadapan manusia, khususnya alam dijadikan sebagai teladan dalam hal kerohanian, yaitu dalam hal mempercayakan hidupnya kepada Tuhan.  Kedua; Orang yang terlalu mengkawatirkan kebutuhan hidupnya disebut sebagai orang yang kurang percaya, bahkan tidak tanggung-tanggung disebut sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau Atheis (ay.31-32). Ketiga; Tuhan Yesus justru mengajar untuk memprioritaskan kebutuhan rohani terlebih dahulu, yaitu “mencari kerajaan Surga” (ay.33).  Selanjutnya Tuhan sendiri yang akan ganti memprioritaskan atau memberikan berkat kecukupan atas kebutuhan.
Jadi seperti Allah yang menghormati alam maka kita juga harus  turut menjaga demi kelestariannya.  Dari alam kita bisa belajar banyak hal terutama sikap kepasrahannya kepada sang pemilik hidup.  Alam terlihat sangat mempercayakan hidupnya hanya kepada sang pencipta saja.  Sepertinya tidak banyak menuntut dan dengan demikian berbahagia dalam setiap keadaannya.  Mari kita beriman yang sesungguhnya dengan tidak terlalu mengkawatirkan kebutuhan hidup.  Senantiasa percaya pemeliharaan Tuhan yang ajaib.  Selanjutnya mari membangun hubungan yang erat dengan Tuhan dalam ibadah bersama, pribadi dan juga terlibat dalam berbagai pelayanan gereja dan sosial dengan penuh sukacita dan rasa syukur.


Oleh Pdt.Iwan Firman W., M.Th.  

“BEKERJA SEBAGAI PERINTAH TUHAN”

(2 Tes.3:6-15)

Image result for bekerja

Paulus memberikan teladan yang luarbiasa dalam hal bekerja untuk mencapai kemandirian.  Ia mengatakan “Kami tidak lalai bekerja diantara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun diantara kamu (ay.8-9)”.  Bahkan dengan keras Ia mengajar bahwa, “Jika seorang tidak mau bekerja janganlah Ia makan (ay.10)”.  Ia mengkritik kehidupan orang yang tidak mau bekerja dan hanya memanfaatkan kebaikan orang dan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna.
Jelas bekerja merupakan bagian penting dari kehidupan orang beriman.  Tuhan Yesus berfirman, “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka akupun bekerja juga (Yoh.5:17)”.  Oleh karena itu umat Tuhan harus menunjukkan imannya salah satunya dengan jalan bekerja keras.  Itu berarti bekerja keras merupakan perkara rohani.  Kita  bekerja karena Tuhan telah memerintahkan dan  memberikan teladan untuk bekerja.  Itu berarti orang yang malas bekerja atau tidak mau bekerja sudah pasti melenceng dari jalur kehendak Tuhan.

Maka Paulus mengajarkan supaya jemaat saling mengingatkan dan menegor apabila ada orang yang hidup tidak mau bekerja dan hanya bermalas-malasan saja (ay.14-15). Salomo (Amsal 12:9) juga  mengingatkan agar rajin bekerja untuk mencukupi kebutuhan diri dan sebaliknya tidak berlagak jadi orang yang besar yang enggan bekerja namun ujung-ujungnya  tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.(IFW)     

“Ana Dina Ana Upa, Ana Awan Ana Pangan, Sapa Obah Mamah"

(Amsal 21:25-26)


Image result for nasi dan semut

Perpatah bahasa Jawa diatas dalam bahasa Indonesia berbunyi ada hari ada nasi, ada siang ada makanan, siapa bergerak akan mengunyah.  Pepatah tersebut mempunyai arti bahwa rejeki datang dari Tuhan  hanya bagi orang yang mau berusaha. Pepatah ini berbau sebuah semangat atau optimisme yang kuat, kalau orang mau berusaha maka ia pasti akan mendapatkan hasil untuk mendukung kehidupannya.
Dengan arti yang sama namun dalam nada negatif, Amsal 21:25 mengatakan Si Pemalas dibunuh oleh keinginannya karena tangannya enggan bekerja. Memberikan pengertian bahwa orang yang tidak mau bekerja akan mengalami kehidupan yang memprihatinkan. Ia akan menderita oleh sebab tidak hanya tidak bisa mencukupi  keinginannya karena tidak bisa mencukupi kebutuhannya.
Amsal menghubungkan nasehat untuk mau bekerja dengan nasehat untuk memberi tanpa batas (Amsal 21:26).  Dan pemberian yang semacam itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya hasil dari pekerjaan tangannya. Dan yang menarik dari kalimat lengkap Amsal yang menyatakan bahwa yang disebut orang benar adalah orang yang memberi tanpa batas.

Marilah kita merenungkan pepatah-pepatah itu. Hidup optimis sehingga penuh semangat dalam bekerja dan mempunyai karakter yang murah hati.  Melayani Tuhan dengan memberi tanpa batas dengan hasil pekerjaan tangan kita.  Seperti Yesus yang bahkan memberikan nyawanya untuk menebus dosa manusia.(IFW)