Seorang pemudi bercerita bahwa
semasa masih Sekolah Dasar (SD) pernah bercita-cita sebagai pembantu rumah
tangga yang bekerja di luar negeri. Dia
berpikir dengan menjadi pembantu di luar negeri maka akan mendapatkan banyak
uang. Selanjutnya Ia akan memakai uang
tersebut untuk membeli handphone.
Mengapa ia bisa berpikir demikian? Hal tersebut dapat terjadi karena
semasa kecil ia sangat dekat dengan tantenya. Kasih sayang tantenya tersebut
dirasakan sangat kuat terhadap dirinya.
Bahkan seperti melebihi kasih sayang dari orangtuanya sendiri.
Oleh karena itu Ia kemudian mengidolakan
tantenya yang pada waktu itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar
negeri. Selanjutnya ia berseloroh,"Mungkin karena itulah sekarang saya
menjadi koster/petugas kebersihan gereja ya?". Bisa saja hal itu memang ada
hubungannya. Namun pada kenyataannya
pemudi tersebut sekarang dapat menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang
sarjana psikologi. Kenyataan tersebut bisa terjadi karena pemudi tersebut pada
perkembangannya mendapatkan pengaruh yang lebih kuat lagi dari orang-orang yang
peduli dengan peningkatan masa depan anak melalui pendidikan yang tinggi. Dengan demikian ia terlepas dari cita-cita
masa kecil sebagai pembantu rumah tangga.
Berbeda dengan pengalaman masa
kecil yang saya alami. Saya bercita-cita
sebagai seorang sastrawan,wartawan atau reporter. Semua profesi tersebut berkaitan dengan dunia
baca tulis. Hal tersebut bisa terjadi karena pada waktu kecil lingkungan
keluarga sangat dekat dengan hal tulis-menulis.
Ibu sering membawakan majalah anak,majalah rohani,komik dan sebagainya.
Saya juga melihat setiap hari Ayah dan ibu membaca buku atau koran. Ayah juga bekerja sebagai penyuluh pedesaan
yang mengharuskan banyak membaca dan menulis. Dari situlah muncul gagasan atau
cita-cita yang mengarah pada dunia membaca dan menulis. Pengalaman masa lalu
itulah yang membentuk kesukaan saya dalam membaca dan menulis.
Faktor patron atau teladan sangat
mempengaruhi perkembangan pemikiran anak.
Anak akan meniru baik pemikiran, kebiasaan atau tindakan dari
orang-orang yang menjadi idolanya. Tentu
saja hal tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap masa depan anak. Oleh karena itu orangtua perlu memberikan
patron yang baik di mata anak-anaknya.
Supaya anak-anak mempunyai patron yang baik untuk masa depannya.
Orang tua bisa menjadi patron itu
sendiri. Sehingga anak mengidolakan orang tuanya, Ia akan meniru kebiasaan dan
cara berpikir orangtuanya. Bisa juga
patron diambil dari tokoh-tokoh rohani atau tokoh dunia yang bisa diteladani. Karakter dan karya dari tokoh tersebut
diceritakan terus menerus kepada anak.
Sehingga dia mengenal dan mengagumi tokoh tersebut. Maka dalam tindakan dan pemikirannya anak
akan meneladani dari tokoh yang di kaguminya itu.
Maka penting untuk mulai menata
diri supaya menjadi patron yang baik buat anak-anak kita. Juga mulai menyeleksi karakter dari tokoh
lain yang hendak kita ajarkan kepada anak untuk pembentukan karakternya secara
utuh. (Iwan firman widiyanto)
No comments:
Post a Comment