BERPIKIR POSITIF



Tetangga Jonny memiliki pohon kelengkeng yang sangat besar dan rimbun daunnya. Beberapa cabang dari pohon itu masuk menyeberang ke halaman rumah Jonny. Setiap hari Jonny menyapu daun-daun kering dari pohon itu yang bertebaran dihalaman rumahnya.

     Suatu ketika Andi, sahabatnya, datang saat Ia sedang menyapu daun-daun kering itu. Lalu Andi bertanya, "Jonny, pohon kelengkeng itu berbuah tidak?"
"Ya..pasti bebuah pada musimnya.."
"Apa buahnya manis dan dagingnya tebal ?"
"Wah...kalau itu aku nggak tahu,aku nggak pernah makan buah kelengkeng itu..."
"Hah?!! masakan pemilik pohon itu tidak pernah memberi kamu buahnya?"
"Tidak pernah...buahnya kan dijual dan aku tidak pernah membelinya..."
"Wah, pemilik pohon itu pelit juga ya...kamu komplain aja ke pemiliknya,cabang pohon yang mengarah ke halamanmu ditebang aja, jadi kamu tiap hari tidak susah payah menyapu daunnya yang bertebaran di halaman rumahmu,Toh kamu tidak pernah merasakan buahnya"
"Tidak apa-apa kok, Aku senang tiap hari bisa membersihkannya. Pohon itu tetap ada manfaatnya, halamanku jadi rindang dan segar karena keberadaan cabang pohon itu"
"Wah kamu pengertian dan bijaksana sekali ya.."
"Ah biasa saja"

Srumbung Gunung, 4/1/2013
Iwan Firman Widiyanto


NATAL YANG SEDERHANA



NATAL YANG SEDERHANA

Oleh : Iwan Firman Widiyanto, M.Th




Hari ini gerejaku merayakan Natal
Katanya sih natal yang sederhana
Sesederhana natal gerejaku
Masih kunikmati kerlap kerlip lampu pohon cemara
Tarian anggun nan gemulai
Pujian merdu paduan suara
Dekorasi yang menawan
Dan aneka makanan penambah sukacita

Itu tidak salah...
Karena merupakan persembahan terbaik
Bagi Yesus Sang Raja Juruselamat umat Manusia

Namun dahulu kala...
Di Natal perdana
Barangkali segalon minyak wangipun
Belum mampu menepis bau pesing kencing
Para  embek”  yang mewarnai kandang
Tempat Sang Juruselamat dilahirkan

Tiada hiasan lain kecuali sesuatu hitram kecil-kecil
”prentul-prentul” yang sempat disapu dan dikumpulkan Yusuf
Di sudut ruangan

Duh...duh... Rajaku yang empunya dunia
Tiada Spring bed bagi tubuh halusmu, atao selimut lembut nan wangi

Sebaliknya...
Gombal amoh atau kain lampin cukuplah  menjadi teman mimpimu
Jerami gatal cukuplah menjadi fasilitas penting
Agar palunganMu agak terasa empuk

Semua itu adalah rencanaMu

Bukanlah kebetulan saja

Memang sudah menjadi niat yang suci
Engkau rela mendekati kami
yang bak kandang pesing, busuk, kotor karena dosa
Tiada gengsi Engkau melekatkan diri pada yang hina dan mlarat ini

Terimakasih Tuhanku
Aku bahagia, terhormat dan bangga
Engkau membuat debu ini menjadi mulia
Istilah kata Kere Diunggahke Bale

Matur nuwun Duh Pangeran...
KehadiranMu menerangi jiwaku
Yang dulu kumuh
Namun sekarang
Indah penuh makna

Ini hidupku, terbuka bagiMu

Srumbung Gunung, 23 Desember 2012
 

“AKU AKAN MENDENGARMU SAYANG ?”



Hai saudara-saudara yang kukasihi,
 ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar,
 tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.
Yakobus1:19


Judulnya sangat romantis, Jika diungkapkan dengan pasangan maka dampaknya akan dahsyat ”menentramkan....”.  Karena pada dasarnya setiap orang mempunyai kebutuhan untuk didengarkan dalam arti dipahami seutuhnya.  Namun anehnya banyak orang tidak suka mendengar bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk mendengarkan dengan baik.  
Bagaimana bisa seseorang tidak mempunyai kemampuan mendengar, padahal masing-masing mempunyai telinga.  Karena mendengar tidak hanya mendengarkan suara melalui telinga, namun mendengar dengan pikiran dan hati.  Ini berarti dapat memahami kehendak dan maksud serta merasakan apa yang diungkapkan orang lain. Beberapa sikap yang diperlukan untuk mendengar dengan baik adalah; kesabaran untuk tidak terburu-buru menanggapi atau menilai sebelum mengerti benar persoalan; ketenangan untuk mencari hikmat guna memahami masalah dan mencari akar persoalan; kerendahan hati untuk ditegur dan dikoreksi, dan kelembutan untuk bertindak dengan kasih.
Lawan dari kehendak untuk mendengar adalah keangkuhan diri, egois alias menang sendiri dan merasa benar sendiri.   Biasanya orang yang seperti ini senantiasa terburu-buru untuk menilai sebelum mengetahui secara benar persoalan.  Kalau salah dia akan berkelit, mencari pembenaran sendiri.  Maka yang terlontar dari mulutnya adalah kemarahan yang penuh penghakiman (Yak.1:19).  Pada kesempatan awal tahun 2013 ini marilah kita jadikan momentum yang baik untuk belajar lebih banyak mendengar pasangan atau sesama kita daripada banyak berkomentar apalagi yang tidak membangun bahkan menyakitkan hati.
Oleh : Iwan Firman Widiyanto