MENAKAR KESETIAAN KEPADA TUHAN

Daniel 1:1-21



Pada waktu  pemilihan Presiden RI 2014 yang lalu suasana politik menjadi panas.  Ada istilah  dalam politik yang di kenal dengan “Tiada kawan ataupun lawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan abadi”.   Itu berarti, hari ini berangkulan dan besok bisa jadi saling mencaci.  Atau sebaliknya, Hari ini saling mencaci besok bisa berpelukan lagi.   Itulah bahasa politik dunia, Tidak ada kesetiaaan abadi.
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah empat orang pemuda Yehuda/Israel yang dipilih Raja Babel untuk dipekerjakan di Istana.  Pada waktu itu Yehuda dikuasai oleh RaJa Babel Nebukadnesar.  Raja menghendaki para pemuda pilihan itu diberikan makanan dan Anggur yang sama dari santapan raja (ay.5).  Dan mereka juga akan dididik selama 3 tahun setelah itu harus bekerja kepada raja. Hal yang menarik adalah keempat pemuda tersebut dengan halus menolak prioritas-prioritas dan kesempatan kehidupan yang sangat nyaman itu.  Mereka berketetapan untuk “Tidak  menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;  Dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu,supaya ia tidak usah menajiskan dirinya (ay.8).
Berbeda dengan semboyan politik dunia ini yang tidak setia, keempat pemuda menunjukkan teadan kesetiaan kepada Tuhan yang sejati.  Padahal biasanya kalangan muda itu orientasinya masih lekat dengan yang namanya “kesenangan dan kenyamanan”.  Soal prinsip hidup mungkin bisa menjadi nomor sekian setelah prinsip bersenang-senang menikmati hidup.  Daniel,Sadrakh, Mesakh dan Abednego membuktikan bahwa hidup yang mengutamakan kesetiaan pada Tuhan tidaklah sia-sia.    Ia dengan tegas menolak segala bentuk kenajisan hidup.  Meskipun yang najis itu kelihatannya nikmat dan menguntungkan, namun Dia tetap memilih untuk hidup suci di hadapan Tuhan. Selanjutnya Tuhanpun menunjukkan penyertaan dan kasih setiaNya yang nyata. Mereka tidak kekurangan apapun, bahkan diberkati luar biasa.  Kualitas fisik dan intelektualnya dikaruniai Tuhan yang terbaik.  Perawakannya dikatakan lebih baik, lebih gemuk dan kecerdasan intelektualnya dikatakan sepuluh kali lebih pandai dari semua orang pandai di negeri itu.  Luarbiasa !

Oleh Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.


PENDIDIKAN MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN




“Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan...”
(Amsal 13:18)

Judul sebuah berita onIine sangat menarik, “Iwan Setyawan Anak Sopir Angkot Penakluk New York”.  Menceritakan seorang yang bernama Iwan Setyawan yang berasal dari keluarga miskin.  Ayahnya bekerja sebagai sopir angkot dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.   Meskipun dari keluarga miskin namun orangtua Iwan termasuk orangtua yang maju dalam pemikiran.  Mereka mengutamakan pendidikan untuk anak-anaknya.  Orang tuanya mendukung pendidikan Iwan hingga perguruan tinggi.  Meski perjalanan untuk menyelesaikan pendidikan tinggi tersebut penuh dengan pengorbanan.  Ibunya sering menggadaikan barang-barangnya agar Iwan bisa tetap sekolah.  Bahkan ayahnya menjual angkot satu-satunya mesin penghasil uang untuk keluarga demi mendukung pendidikan tinggi anaknya itu.  Akhirnya pengorbanan kedua orangtuanya tidak sia-sia.  Setelah lulus dari IPB Iwan setiawan di terima di Nielsen Research Company.  Selanjutnya karena ketekunannya Ia di pindah di New York, Amerika.  Disana Iwan bekerja lebih keras dari yang lainnya.  Akhirnya Ia mendapat posisi yang cukup tinggi di Nielsen Research Amerika.  Dari Amerika Ia mendukung keuangan keluarganya di Indonesia.
Kisah tersebut memperlihatkan pentingnya pendidikan untuk memutus rantai kemiskinan.  Amsal Salomo juga menyatakan pendapat yang sama.  Orang yang mengabaikan didikan atau pendidikan akan ditimpa kemiskinan dan cemooh.  Oleh karena itu perlu meneladani sikap orang tua Iwan Setyawan, meskipun mereka berpendidikan rendah dan hidup dalam keterbatasan ekonomi namun pemikirannya sudah sangat maju.  Mereka sadar bahwa cara utama memutuskan kemiskinan dalam keluarganya adalah dengan memberikan dukungan sepenuhnya kepada anaknya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.  Meskipun dengan demikian akan banyak pengorbanan,  namun selanjutnya pengorbanan tersebut akan menghasilkan sesuatu masa depan keluarga yang lebih baik.   Seperti juga kata Amsal, “Dengarlah nasehat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan”.  Itu berarti dengan mengutamakan pendidikan maka masa depan dapat kita rancang dengan bijaksana menuju masa depan yang gilang gemilang.
Satu karakter yang membuat Iwan sukses adalah karakter bekerja dengan tekun dan memberi yang terbaik.  Ia menyaksikan bahwa dirinya bekerja dalam waktu yang lebih lama dari yang lainnya.  Ia mengerjakan pekerjaan tidak hanya dengan hasil standart saja namun dengan hasil yang terbaik,melebihi standar pada umumnya.  Dengan karakternya itu Iwan membuktikan bahwa anak kampung Batu Malang dapat bersaing di dunia Internasional dan menjadi berhasil.

Oleh Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.


"KEJATUHAN DI MASA KEJAYAAN"



Nats Alkitab : 2 Samuel 11:1-27


    Daud mulai hidup nyaman dan mapan. Ia menikmati masa kejayaannya. Ia tidak perlu lagi terjun langsung dalam peperangan untuk memperluas kekuasaannya. Cukup perintah saja maka para anak buahnya yang setia yang akan langsung bertindak.  Oleh karena itu Ia mempunyai banyak waktu untuk menikmati hidup.  Tidur siang, bangun sore hari, petang jalan-jalan cuci mata.  Meskipun di tempat yang lain para anak buahnya berjuang mempertaruhkan nyawa bagi kekuasaannya.

    Justru disinilah awal kejatuhan Daud.  Ia tidak jatuh saat Ia masih lemah, saat harus berhadapan dengan tentara elit gagah perkasa yaitu Goliat. Namun Ia jatuh justru saat telah menjadi kuat.  Ia jatuh saat telah menjadi raja yang penuh dengan kuasa. Ia jatuh saat apa saja yang diinginkannya pasti dapat terlaksana. Ia jatuh saat menginginkan Betsyeba Istri Uria.
  
  Kita harus menyadari bahwa situasi kejayaan dan kenyamanan dapat menjatuhkan seseorang. Maka harus semakin berhati-hati manakala kita di ijinkan Tuhan berdiri pada posisi atau situasi bahwa "Semua yang kita inginkan pasti dapat terlaksana".  Jangan- jangan itu adalah awal dari kejatuhan kita.Oleh karena itu tetaplah takut akan Tuhan dalam segala keadaan.  Roh Kudus akan menolong kita  mengendalikan keinginan- keiginan yang bisa membawa pada kejatuhan.

Oleh Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.

"KEBENARAN SANG KRISTUS, KARYA PELAWATAN ALLAH"

(Yoh.1:10-14)




        Kebenaran yang ironis telah diungkapkan oleh Yohanes.  Ditulis bahwa " Ia telah ada dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak mengenalnya (ay.10). Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaannya itu tidak menerimaNya(ay.11)". Ia yang dimaksud disini ialah Firman Allah yang telah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus(ay.14). Firman itu menjadi manusia, diperanakkan bukan karena keinginan laki-laki namun karena kehendak Allah.

          Namun dinyatakan setiap orang yang mau menerima Yesus, sebagai perwujudan Firman yang telah menjadi manusia akan di beri kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Suatu gambaran posisi atau keadaan yang luar biasa.  Bisa diartikan Allah memberikan posisi yang istimewa bagi orang yang mau menerima Sang Firman yang telah menjelma menjadi manusia. Posisi yang sangat dekat dengan Allah.  Mampu mendengar kehendaknya secara langsung, masuk dalam lingkaran pertama perlindungan dan fasilitas berkat Allah, serta mewarisi janji keselamatan secara penuh dalam Kerajaan Allah.

            Lalu bagaimana menerima Sang Firman itu ? Menerima Sang Firman berarti mempersilahkan Sang Firmam, Yesus Kristus, untuk menjadi raja dalam kehidupan kita.  Selanjutnya kita tunduk dan taat melakukan pemerintahannya.  Biarkan Sang Firman membangun Kerajaan Allah di dalam kehidupan kita.  Bukankah dia itu Raja Damai? maka kedamaian yang bernilai kekal akan menyelimuti pemerintahan Sang Firman dalam kehidupan kita.

Oleh Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.

          

"LAHIR BARU"

(Yoh.3:1-21)


        Yesus bersabda, "Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, Ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah"(ay.3). Lalu Dia memberikan penjelasan lebih,"Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, Ia tidak dapat masuk kedalam Kerajaan Allah"(ay.5).  Memang pengajaran Tuhan Yesus ini merupakan pokok- pokok pengajaran yang sulit untuk dipahami.   Sehingga orang sekaliber Nikodemus, Seorang pemimpin agama Yahudi, seorang pengajar Israel, kesulitan untuk memahami pengajaran tersebut.  Pada kesempatan itu Tuhan Yesus juga meminta Nikodemus untuk dilahirkan kembali (ay.6).

         Dilahirkan kembali adalah prasyarat utama untuk melihat dan masuk dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sendiri merupakan sebuah situasi dimana Allah hadir dan memerintah sebagai Raja.  Dalam situasi tersebut ada kebenaran, kasih, keadilan dan damai sejahtera.  Barangsiapa menginginkan kehidupan semacam itu harus lahir kembali.

        Lahir kembali dapat diartikan sebagai sebuah hidup baru yang penuh dengan pertobatan.  Disebut lahir dari air mengacu kepada sebuah penyucian atas segala perbuatan dosa diwaktu yang lalu. Air sebagai lambang Roh Kudus yang membersihkan dan menyegarkan.  Sedangkan dilahirkan dari Roh mengacu pada komitmen hidup baru.  Kesediaan hidup dipimpin oleh Roh Kudus.  Hanya melalui pertobatan dan hidup baru melalui Roh Kudus inilah seseorang dapat mendapatkan jalan untuk mengalami Kehidupan dalam kerajaan Allah pada saat ini juga.

Oleh Pdm Iwan Firman Widiyanto, M.Th.

"Yusuf : Memberi Sepenuh Hati"

(Matius 1:18-24)




        Dalam kisah Natal seringkali hanya orang Majuslah yang diasosiasikan dengan pemberian kepada Tuhan Yesus.  Namun sebenarnya orangtua Yesus khususnya Yusuf merupakan salah satu orang yang juga memberi diri kepada Tuhan dengan sepenuh hati.  Sehingga melaluinya rencana keselamatan Allah kepada manusia melalui Tuhan Yesus dapat di wujudkan.
      
        Yusuf bersedia memberi dirinya untuk menjadi bagian dalam rencana agung Tuhan.  Ia bersedia menikahi Maria meskipun sudah dalam keadaan hamil.  Sebagai manusia biasa tindakan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk diputuskan.  Namun pada akhirnya Ia rela melakukannya sebagai langkah ketaatan kepada kehendak Tuhan.

        Apakah Saudara rela dipakai untuk menjadi bagian dari rencana Agung Tuhan.  Jikalau bersedia jadilah seperti Yusuf memberi diri sepenuh hati kepada Tuhan.  Sikap-sikap yang diperlukan untuk itu adalah ketulusan, kerendahan hati dan ketaatan. Selamat Memberi diri pada Sang Juruselamat.Amen.

Oleh Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.

"Kabar Baik Bagi Semua Orang"

(Lukas 1:26-38)




        Malaikat Gabriel datang menemui Maria.  Ia membawa kabar baik kepadanya bahwa Maria akan mengandung dari Roh Kudus dan selanjutnya melahirkan seorang bayi laki-laki.  Gabriel menyatakan bahwa anak tersebut akan disebut anak Allah yang maha tinggi.  Dan Tuhan akan mengaruniakan kepadaNya tahta Daud bapa leluhurnya, dan kelak akan menjadi Raja dan kerajaanNya tidak berkesudahan.

        Kabar tersebut tentu sangat mengejutkan sekaligus  juga menggembirakan bagi Maria.  Sehingga Ia merespon positif perkataan Tuhan melalui malaikat tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan: Jadilah padaku menurut perkataanmu itu".  Kabar tersebut seharusnya menggembirakan tidak hanya bagi Maria tetapi juga bagi seluruh Israel.  Masalahnya pada saat itu Israel sudah lama tidak memiliki raja dan negaranya di jajah oleh pemerintahan Romawi.  
Kitab Lukas ini ditulis setelah tahun 70 Masehi setelah Yerusalem dan Bait Suci dihancurkan. Nampaknya hendak memberikan penghiburan dan pengharapan kepada bangsa Israel.  Menjanjikan Raja yang akan mengatur dan memulihkan keadaan bangsa Israel dan membawa pada puncak kejayaan.

        Janji dan pengharapan itu layak didapatkan juga oleh kita semua.  Karena Yesus bukan saja raja biasa melainkan Anak Allah yang maha tinggi. Ia adalah Allah sendiri.  Yang kerajaannya tidak dibatasi oleh Israel saja namun seluruh isi dunia ini.  Dan yang pemerintahannya berlangsung selama-lamanya.  Maka terimalah Yesus menjadi Rajamu.  Dan Ia akan mengatur dan memulihkan serta membawa hidupmu yang tertawan dan terpenjara oleh keinginan dunia ini beralih pada kejayaan surgawi.Amen.


Oleh

Pdm.Iwan Firman Widiyanto, M.Th.